Oleh : Tresia S. Tururaja
Staf Pengajar di Jurusan Ilmu Kelautan FPIK UNIPA
Kegiatan Program Pengembangan Desa Mitra (PPDM) Tahun 2018 bertujuan mengubah wajah Kampung Bakaro menjadi sentra desa wisata bahari di Manokwari, Provinsi Papua Barat. Upaya mengatasi persoalan yang dihadapi masyarakat lokal Desa Bakaro, Manokwari terutama dalam meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan membutuhkan beberapa cara konkrit seperti menarik wisatawan lokal maupun mancanegara dengan cara pembuatan bioreef pada perairan di depan Desa Bakaro, pelatihan skin diving bagi pemuda Bakaro, pemberdayaan pemanfaaan limbah hasil perikanan seperti pembuatan bros, bunga dll dari sisik ikan, penyuluhan sanitasi, pemberdayaan pengolahan hasil perikanan seperti pembuatan bakso ikan, nuget, kerupuk, ikan asap. Pada kegiatan tahun ke-2 ini telah dibangun dua buah spot foto. Adapun kegiatan pemberdayaan yang telah dilakukan yaitu Penyuluhan Pemanfaatan Pekarangan Rumah, Pelatihan Sadar Wisata, pemberdayaan Pembuatan Kacang Telur Untuk Komersil; pembuatan Pempek Ikan dan penyuluhan alat tangkap ramah lingkungan. Dilakukan pula pendampingan secara intensif dalam hal pengelolaan keuangan dan juga cara pemasaran yang baik agar terjadi peningkatan pendapatan. Metode yang digunakan untuk PPDM yaitu penyuluhan dan pelatihan. Kegiatan ini bekerjasama dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung Kabupaten Manokwari
Pariwisata yang dikembangkan di Manokwari khususnya Desa Bakaro adalah pariwisata yang didasarkan pada kearifan lokal yang dimiliki. Dengan dikembangkannya pariwisata keindahan bawah laut sehingga mendorong masyarakat Desa Bakaro untuk mengembangkan usaha berupa penyewaan alat diving, snorkel, pemandu wisata. Desa Bakaro memiliki organisasi kepemudaan yaitu Pemuda Sadar Wisata Bakaro yang secara aktif menjadi pelopor bagi penggerak kegiatan wisata bahari. Desa Bakaro semenjak diresmikan oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung Kabupaten Manokwari pada tanggal 7 September 2017 menjadi cikal bakal Desa Wisata Bahari telah menunjukkan perubahan yang cukup siginifikan. Perubahan diukur dari peningkatan jumlah wisatawan lokal maupun mancanegara yang berkunjung. Jumlah pendapatan kelompok masyarakat mitra atau binaan juga meningkat yaitu Rp 600.000 pada 10 Sepetember 2017 dan meningkat menjadi Rp. 900.000 pada 17 September 2017. Meskipun pada minggu berikutnya 24 September 2017 mengalami penurunan yaitu Rp. 230.000,-.
Bakaro telah diresmikan menjadi Desa Wisata Bahari oleh Bupati Kabupaten Manokwari pada 31 Oktober 2018. Hadir pada acara peresmian yaitu anggota DPRD Kabupaten Manokwari, Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Manokwari, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kampung Manokwari, Kepala Distrik Manokwari Timur, Komunitas Anak Air Manokwari, Kepala Kampung dan tokoh masyarakat di Kampung Bakaro. Dalam kesempatan ini, ketua tim PPDM Unipa, Tresia Tururaja menjelaskan dengan adanya kegiatan PPDM di Kampung Bakaro telah terjadi peningkatan perekonomian masyarakat khususnya pada tahun ke 2 pelaksanaan kegiatan PPDM yang dibiayai oleh Kemristekdikti. Hal ini terbukti melalui peningkatan pendapatan kelompok sadar wisata yang mencapai Rp. 11,500,000,- dalam jangka waktu 1,5 bulan (pertengahan September hingga akhir Oktober 2018). Adapun sumber pendapatan yang diperoleh yaitu melalui karcis tanda masuk kawasan, spot-spot foto, sumbangan pemakaian fasilitas WC dan penyewaan alat snorkling.
Adanya tradisi untuk pemanggilan ikan yang diturunkan secara turun temurun pada keluarga Barayap menjadi salah satu daya tarik bagi pengunjung yang datang. Bapak Barayap secara kearifan lokal memanggil ikan melalui pluit dan rayap hutan yang ditebar di pesisir Bakaro. Ikan dengan ukuran kecil hingga besar segera mendekati pesisir pantai. Kearifan lokal yang ditunjukkan oleh masyarakat Desa Bakaro yaitu dengan tidak melakukan pemancingan ikan pada waktu-waktu tertentu dan tidak melakukan pemboman ikan. Hal ini terus terjaga hingga kini sehingga membuat Desa Bakaro tetap terjaga kelestariannya dan menjadi salah satu destinasi pariwisata yang sangat menarik untuk dikunjungi.
Guna pengembangan pengelolaan usaha wisata bahari, diperlukan koordinasi antar lembaga dalam penanganan wisata diperlukan untuk menghindari konflik antar pemanfaat wilayah pesisir. Adanya berbagai pihak yang melakukan aktivitas di kawasan pesisir tanpa disertai konservasi dan pemulihan akan berdampak terhadap menurunnya kondisi lingkungan. Konservasi sumber daya alam tetap merupakan isu utama dalam pengelolaan wisata bahari di kawasan pesisir.
Akhirnya, semoga Kampung Bakaro terus menjadi destinasi wisata bahari yang terjaga kelestarian alamnya.